Thursday, 7 April 2011

Baburu Kondiak





Olah Raga Buru Babi merupakan olah raga tradisional Masyarakat Minang Kabau, yang membantu para petani untuk menghabiskan hama babi yang sering merusak tanaman petani, saat ini ternyata babi sudah masuk dalam wilayah kotobaru, karena banyaknya lahjan-lahan tidur yang tidak tergarap, gambar ini adalah para pecinta buru babi akbar yang digelar Masyarakat nagari Salo yang sedang meleweti nagari Koto Baru




Pada mulanya tradisi ini untuk mengusir babi hutan yang merusak ladang para petani di Lima Puluh Kota. Tradisi berburu babi hutan atau ” kondiak” ini diperkirakan telah ada sejak sepuluh abad lampau. Tradisi ini juga menjadi bagian dari kehidupan agraris di Sumatra Barat. Sebagian orang Minang mewariskan tradisi tersebut karena mereka menggantungkan kehidupan dari hasil pertanian. Biasanya, saat memasuki masa panen, sawah para petani kerap diganggu dengan kehadiran babi-babi hutan. Gangguan ini jelas menjengkelkan. Kegiatan ini dilaksanakan tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari Selasa, Sabtu dan minggu
Nah, dengan menangkap babi-babi liar itu, mereka berharap hasil panen yang didapat lebih berlimpah. Kendati awalnya hanya untuk menjaga hasil panen, belakangan acara berburu babi justru dijadikan hobi bagi sebagian masyarakat Minang. Tak mengheran- kan, bila kemudian acara berburu babi berlangsung saban pekan. Para pemilik anjing, biasanya sudah mengetahui lokasi yang akan dituju.
Sesuai adat dan tradisi, mereka terlebih dahulu harus menggelar musyawarah. Layaknya pertemuan agung, seorang pemuka adat menghormati para pemburu dengan simbol adat sirih pinang. Pertemuan ini lebih menyerupai ajang untuk bertukar pikiran. Tak hanya petani biasa yang hadir di acara ini. Beberapa pemimpin nagari (kesatuan masyarakat lokal dalam masyarakat Minangkabau) pun biasanya menyempatkan hadir untuk mempererat tali silaturahmi.
Dalam musyawarah inilah, para pemilik anjing biasanya secara sukarela mengumpul-kan uang. Dan, dana yang terkumpul akan diberikan kepada petani yang mempunyai keluhan. Biasanya, uang itu digunakan untuk mengobati anjing yang terluka saat berburu. Atau, buat mengganti sawah petani yang rusak karena dilewati anjing pemburu.
Tak semua anjing mempunyai keahlian yang sama. Bagi anjing yang baru pertama kali berburu, pemiliknya akan memberikan tetesan darah babi ke hidungnya. Ini dilakukan agar si anjing memiliki insting kuat terhadap buruannya.
Salak anjing semakin nyaring terdengar dari dalam hutan. Langkah-langkah kaki pemburu semakin kencang seiring deru nafas semakin tinggi. Seekor babi hutan tergolek lemah dikerubuti puluhan ekor anjing. Sorak sorai semakin ramai oleh ratusan pemburu dari dalam hutan. Inilah tradisi masyarakat Minangkabau tempo doeloe yang terus bertahan dan menjadi alternatif buat membunuh kejenuhan akan rutinitas kerja.

Monday, 28 March 2011

Foto Lembah Anai Tempo Dulu

Suatu ketika saya sedang menikmati alunan lagu minang, entah kenapa telinga ini sedang rindu dengan nada-nada yang memang saya akrab sejak kecil, terutama tarikan suara Elly Kasim. Salah satu lagu favorit saya adalah Malereang Tabiang.

Malereang lah tabiang malereang, mak oi

Malereang sampai nan ka pandakian

Den sangko langik nan lah teleang, mak oi

Kironyo awan nan manggajuju

Lagu tersebut bercerita tentang perjalanan menelusuri lereng-lereng tebing yang banyak dijumpai di Ranah Minang yang memang banyak daerah perbukitannya.
Lereng tebing di rel sepanjang Lembah Anai






Lembah anai sebelum ada jalur kereta api












Peresmian jalur kereta api Padangpanjang pertama kali, tahun 1895




Pembukaan jalur kereta api Padangpanjang, sekitar tahun 1895



Stasiun Padangpanjang tahun 1880-1900



Lembah Anai (1885-1895)



Terowongan Lembah Anai, tahun 1910


Topografi Lembah Anai menyebabkan kawasan ini sering terjadi longsor. Terlebih kawasan ini juga termasuk daerah rawan gempa seperti Sumatera pada umumnya. Orang-orang tua dahulu tidak akan lupa kenangan pahit pada 28 Juni 1926, di mana gempa sebesar 7,8 SR pernah melanda Padangpanjang dan sekitarnya. Menurut narasumber asal Bukittinggi yang baru beberapa bulan merantau di Jakarta mengatakan bahwa saat itu sudah ada cerita turun-temurun yang beredar di masyarakat tentang dashyatnya gempa tersebut. Digambarkan setelah terjadi gempa, seluruh telur ayam menjadi tamalangan (tidak bisa menetas dan membusuk dalam cangkangnya).

Hancurnya Stasiun Padangpanjang setelah gempa tahun 1926


Akibat gempa tahun 1926


Beberapa waktu yang lalu, tepatnya 16 April 2010 kawasan Lembah Anai dihantam longsor besar. Longsor tersebut menyebabkan jembatan di dekat Lembah Anai rusak berat sehingga jalur Padang-Bukittinggi terputus total. Sebelumnya curah hujan memang cukup tinggi dan turun tanpa henti. Hal ini mengakibatkan volume air membesar dan meluluh lantakan jalanan yang mengitari bibir sungai di Lembah Anai ini.

Kerusakan Lembah Anai karena longsor dan banjir tahun 1900-1940


Kerusakan Lembah Anai karena longsor dan banjir tahun 1900-1940



Lembah Anai merupakan jalur utama yang menghubungkan kota kawasan ‘atas’ (darek) seperti Payakumbuh, Bukittinggi, Batusangkar, Padangpanjang dan Solok dengan kota di kawasan ‘bawah’ (pasisia) seperti Pariaman, Lubukbasung, Padang dan Painan. Jalur ini juga merupakan jalur awal perekonomian di Sumatera Barat untuk mengangkut hasil pertanian dari kawasan ‘atas’ ke ‘bawah’ dan hasil laut dari kawasan ‘bawah’ ke ’atas’. Akan pentingnya jalur ini, maka Pemerintah Belanda membangun jalur kereta api sebagai sarana transportasi. Setelah didirikannya PT Semen Padang pada tahun 1910, kereta api juga digunakan untuk mengangkut batubara dari Ombilin ke Padang. Ada juga dua jalur besar lainnya yang menghubungkan ‘atas’ ke ‘bawah’ seperti Sitinjau Laut dari arah Solok dan Kelok 44 dari arah Bukittinggi, tapi dengan jarak dan waktu tempuh yang berbeda.

Jalur kereta arah Kayu Tanam sekitar tahun 1895

Pembangunan rel kereta Air Putih Payakumbuh tahun 1913


Stasiun Kereta Payakumbuh sekitar tahun 1900





Foto-foto Lembah Anai tersebut kembali mengingatkan akan keindahan alam sumatera barat. Jalur yang akrab dengan pengamen dan penjaja paragede jaguang (perkedel jagung) yang sigap melompat saat bus melambat di tikungan tajam dan jalanan menanjak. Jalur yang sejuk berkabut tempat beristirahat saat perjalanan; tempat berderet-deret rumah makan menyajikan masakan khasnya. Dan saya pun hanya bisa berkata “Den takana jo kampuang”.

Friday, 11 February 2011

Ibu = Malaikat

Suatu ketika, seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia.

Menjelang diturunkan, dia bertanya kepada Tuhan,
“Para malaikat disini mengatakan bahwa besok Engkau hendak mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup disana? saya begitu kecil dan lemah”kata si bayi.
Tuhan menjawab,
“Aku telah memilih satu malaikat untukmu. ia akan menjaga dan mengasihimu”.

“Tapi di surga apa yang saya lakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa, ini cukup bagi saya untuk bahagia”demikian kata sang bayi.
Tuhan pun menjawab,
“Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari, dan kamu akan merasakan kehangatan cintanya, dan jadi lebih bahagia”.

Si bayi pun bertanya kembali,
“Lalu apa yang dapat saya lakukan saat saya ingin berbicara dengan-Mu?”
Sekali lagi Tuhan menjawab,
“Malaikatmu akan mengajarimu cara berdoa”.

Si bayi pun belum puas, ia pun bertanya lagi,
“Saya mendengar di bumi banyak orang jahat, siapa yang akan melindungi saya?”
Dengan penuh kesabaran, Tuhan pun menjawab,
“Malaikatmu akan melindungimu, walau taruhan jiwanya sekalipun”.

Si bayi pun tetap belum puas, dan melanjutkan pertanyaannya,
“Tapi saya akan bersedih, karena tidak melihat Engkau lagi”.
Dan Tuhan pun menjawab,
“Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang Aku, dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu kembali kepada-Ku, walau sesungguhnya Aku selalu berada disisimu”.

Saat itu surga begitu tenangnya, sehingga suara dari bumi dapat terdengar, dan sang anak dengan suara lirihnya bertanya,
“Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberi tahu siapa nama malaikat di rumahku nanti?”

Tuhan pun menjawab,
“kamu dapat memanggil malaikatmu.....IBU...”

-----------------------------------------------------------------------

Kenanglah ibu yg menyayangimu.

Untuk ibu yg selalu meneteskan air mata saat aku pergi..

Ingatkah engkau ketika ibu mu rela tidur tanpa selimut?
Demi melihatmu tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu itu?

Ingatkah engkau ketika jemari ibu mengelus lembut kepalamu?
Dan ingatkah engkau ketika air mata menetes dari mata ibu mu ketika ia melihatmu terbaring sakit?

Sesekali jenguklah ibu mu yg selalu menantikan kepulanganmu di rumah, kembalilah memohon maaf pada ibu mu yg selalu rindu akan senyumanmu.

Simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi yg selalu membuatmu lupa untuk pulang.

Segera jenguk ibu mu yg berdiri menantimu didepan pintu, bahkan sampai malampun kian larut.

Dan jangan biarkan engkau kehilangan saat-saat yg akan kau rindukan di masa datang..
Ketika ibu telah tiada..
Tak ada lagi yg berdiri di depan pintu menyambut kita..
Tak ada lagi senyuman indah..tanda bahagia.
Yg ada hanyalah kamar yg kosong tiada penghuninya..
Yg ada hanyalah baju yg menggantung di lemari kamarnya..
Tak ada lagi yg menyiapkan sarapan pagi untukmu..
Tak ada lagi yg merawatmu sampai larut malam saat engkau sakit..
Tak ada lagi dan Tak akan ada lagi yg meneteskan air mata mendoa'kanmu disetiap hembusan nafasnya..

Kembalilah segera..
Peluk ibu yg selalu menyanyangimu..

Ciumlah kaki ibu yg selalu merindukanmu dan berilah yg terbaik di akhir hayatnya.

Sahabat..
berdoa'lah untuk kesehatannya. dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya.
Jangan biarkan engkau menyesal di masa datang.
Kembalilah pada ibu yg selalu menyayangimu.
Kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya..

Ibu, maafkan aku..
Sampai kapanpun jasamu tak akan terbalas.

......TERIMA KASIH IBU......